BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Matematika merupakan suatu pelajaran
yang diajakan mulai dari pendidikan dasar hingga menengah atas. Selain dari sumber segala ilmu matematika merupakan
sarana berpikir logis, analis, dan sistematis. Sebagai mata pelajaran yang
berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi,
pelajaran matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan
kondisi keadaan siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses
pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar. Untuk itulah
perlu adanya model pembelajaran khusus yang diterapkan oleh guru.
Selama ini rendahnya hasil belajar
matematika siswa lebih banyak disebabkan karena pendekatan, metode, ataupun
strategi tertentu yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran masih
bersifat tradisional dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Akibatnya
kreatifitas dan kemampuan berpikir matematika siswa tidak dapat berkembang
secara optimal. Oleh karena itulah guru perlu memilih cara mengajar atau
pendekatan yang dapat membantu mengembangkan pola pikir matematika
siswa.Paradigma baru pendidikan lebih menekankan pada peserta didik sebagai
manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan berkembang. Siswa harus aktif
dalam pencarian dan pengembangan pengetahuan. Kebenaran ilmu tidak terbatas
pada apa yang disampaikan oleh guru. Guru harus mengubah perannya, tidak lagi
sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner, tetapi menjadi
fasilitator yang membimbing siswa ke arah pembentukan pengetahuan oleh diri
mereka sendiri. Melalui paradigma baru tersebut diharapkan di kelas siswa aktif
dalam belajar, aktif berdiskusi, berani menyampaikan gagasan dan menerima
gagasan dari orang lain, kreatif dalam mencari solusi dari suatu permasalahan
yang dihadapi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Menurut Shimada (1997:1) bahwa model
pembelajaran open-ended adalah model pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan
yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu, sehingga
dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman
menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik.Model
pembelajaran Open-ended sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran
matematika merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing.
Hal ini disebabkan karena pada model pembelajaran Open-ended formulasi masalah
yang digunakan adalah masalah terbuka. Masalah terbuka adalah masalah yang
diformulasikan memiliki multijawaban (banyak penyelesaian) yang benar. Di
samping itu, melalui model pembelajaran Open-ended siswa dapat menemukan
sesuatu yang baru dalam penyelesaian suatu masalah, khususnya masalah yang
berkaitan dengan matematika. Dengan dasar ini, maka model pembelajaran
Open-ended dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian pendekatan Open Ended?
2.
Bagaimana
cara mengkonstruksikan masalah Open Ended?
3.
Bagaiman
cara menyusun rencana pendekatan Open Ended?
4.
Apa
kelebihan dan kekurangan Open Ended?
1.3
Tujuan
1.
Mahasiswa
dapat menjelaskan pengertian pendekatanOpen Ended.
2.
Mahasiswa
mampu menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran Open Ended.
3.
Mahasiswa
mengetahui cara merancang pendekatan Open Ended
4.
Mahasiswa
mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari Open Ended.
1.4
Manfaat
1.
Bagi
siswa, meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa serta meningkatkan
hasil belajar siswa.
2.
Bagi
guru, sebagai alternatif dalam mengelola pembelajaran.
3.
Bagi
calon guru, untuk melatih diri mencari solusi dalam mengelola pembelajaran di
kelas dan melatih diri dalam membuat perangkat pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Model pembelajaran open-ended sama dengan pembelajaran berbasis masalah
yaitu suatu model pembelajaranyang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu
masalah kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Shimada (1997:1) model
pembelajaran open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu
permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu.
model pembelajaran open-ended dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah
dengan beberapa teknik. Namun, pada model pembelajaran open-ended masalah yang
diberikan adalah masalah yang bersifat terbuka (open-ended problem) atau
masalah tidak lengkap (incomplete problem).
Dasarketerbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga tipe, yakni:
1)
Prosesnya
terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang benar,
2)
Hasil
akhirnya terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban yang benar,
3)
Cara
pengembangan lanjutannya terbuka, maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan
masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara merubah
kondisi masalah sebelumnya (asli).
Menurut Suherman dkk (2003; 123)
problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem
tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang
dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan
jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban.
Dengan demikian bukanlah hanya satu model pembelajaran dalam mendapatkan
jawaban, namun beberapa atau banyak.Kegiatan pembelajaran harus mengarah dan
membawa siswa dalam menjawab masalah dengan banyak cara serta mungkin juga
dengan banyak jawaban (yang benar), sehingga merangsang kemampuan intelektual
dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru.
Sifat “keterbukaan”
dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara dalam menjawab
permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang mungkin untuk
masalah tersebut.
2.2
Mengkonstruksi
Masalah Open-Ended
Menurut Suherman, dkk (2003 :
129-130) mengkonstruksi dan mengembangkan masalah Open-Ended yang tepat dan
baik untuk siswa dengan tingkat kemampuan yang beragam tidaklah mudah. Akan
tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang dalam jangka waktu yang
cukup panjang, ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam
mengkonstruksi masalah, antara lain sebagai berikut:
a.
Menyajikan
permasalahan melalui situasi fisik yang nyata di mana konsep-konsep matematika
dapat diamati dan dikaji siswa.
b.
Menyajikan
soal-soal pembuktian dapat diubah sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu.
c.
Menyajikan
bentuk-bentuk atau bangun-bangun (geometri) sehingga siswa dapat membuat suatu
konjektur.
d.
Menyajikan
urutan bilangan atau tabel sehingga siswa dapat menemukan aturan matematika.
e.
Memberikan
beberapa contoh konkrit dalam beberapa kategori sehingga siswa bisa mengelaborasi
siifat-sifat dari contoh itu untuk menemukan sifat-sifat dari contoh itu untuk
menemukan sifat-sifat yang umum.
f.
Memberikan
beberapa latihan serupa sehingga siswa dapat menggeneralisasai dari
pekerjaannya.
2.3
Menyusun
Rencana Model
Di dalam menyusun suatu pertanyaan
open-ended ada dua teknik yang dapat dilakukan:
1)
Teknik
bekerja secara terbalik (working backward).
a.
Mengidentifikasi
topik.
b.
Memikirkan
pertanyaan dan menuliskan jawaban teerlebih dahulu.
c.
Membuat
pertanyaan open-ended didasarkan pada jawaban yang telah dibuat.
2)
Teknik
penggunaan pertanyaan standar (adapting a standard question).
a.
Mengidentifikasi
topik.
b.
Memikirkan
pertanyaan standar.
c.
Membuat
pertanyaan open-ended yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah
dibuat.
Apabila guru telah mengkonstruksikan
atau menformulasi masalah Open-Ended dengan baik, tiga hal yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran sebelum masalah itu ditampilkan di kelas
adalah:
1)
Apakah
masalah itu kaya dengan konsep-konsep matematika dan berharga?
Masalah Open-Ended harus
medorong siswa untuk berpikir dari berbagai sudut pandang. Disamping itu juga
harus kaya dengan konsep-konsep matematika yang sesuai untuk siswa berkemampuan
tinggi maupun rendah dengan menggunakan berbagai strategi sesuai dengan
kemampuannya.
2)
Apakah
tingkat matematika dari masalah itu cocok untuk siswa?
Pada saat siswa menyelesaikan masalah Open-Ended, mereka
harus menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka punya. Jika
guru memprediksi bahwa masalah itu di luar jangkauan kemampuan siswa, maka
masalah itu harus diubah/diganti dengan masalah yang berasal dalam wilayah
pemikiran siswa.
3)
Apakah
masalah itu mengundang pengembangan konsep matematika lebih lanjut?
Masalah harus memiliki
keterkaitan atau hubungan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi
sehingga dapat memacu siswa untuk berpikir tingkat tinggi.
Setelah menyusun suatu masalah
open-ended dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengembangkan rencana
pembelajaran. Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan rencana pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:
1)
Tuliskan respon
siswa yang diharapkan.
Pembelajaran matematika dengan model Open-Ended, siswa
diharapkan merespons masalah dengan berbagai cara sudut pandang. Oleh karena
itu, guru harus menyiapkan atau menuliskan daftar antisipasi respons siswa
terhadap masalah.
2)
Tujuan dari
masalah itu diberikan kepada siswa harus jelas.
Guru memahami dengan baik peranan masalah itu dalam
keseluruhan rencana pembelajaran. Masalah dapat diperlakukan sebagai topik yang
tertentu, seperti dalam pengenalan konsep baru kepada siswa, atau sebagai
rangkuman dari kegiatan belajara siswa.
3)
Sajikan masalah
semenarik mungkin bagi siswa
Konteks permasalahan yang diberikan atau disajikan harus
dapat dikenal baik oleh siswa, dan harus membangkitkan keingintahuan serta
semangat intelektual siswa. Oleh karena masalah Open-Ended memerlukan waktu
untuk berpikir dan mempertimbangkan strategi pemecahannya.
4)
Lengkapi prinsip
formulasi masalah, sehingga siswa mudah memahami maksud masalah itu
Masalah harus diekspresikan sedemikian rupa sehingga siswa
dapat memahaminya dengan mudah dan menemukan pendekatan pemecahannya. Siswa
dapat mengalami kesulitan, bila eksplanasi masalah terlalu singkat. Hal itu
dapat timbul karena guru bermaksud memberikan terobosan yang cukup kepada siswa
untuk memilih cara dan pendekatan pemecahan masalah. Atau dapat pula
diakibatkan siswa memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pengalaman
belajar karena terbiasa megikuti petunjuk-petunjuk dari buku teks.
5)
Berikan waktu
yang cukup bagi siswa untuk mengekplorasi masalah.
Terkadang waktu yang dialokasikan tidak cukup dalam menyajikan masalah,
memecahkannya, mendiskusikan pendekatan dan penyelesaian,, dan merangkum dari
apa yang telah dipelajari siswa. Karena itu, guru harus memberi waktu yang
cukup kepada siswa untuk mengekplorasi masalah. Berdiskusi secara aktif antar
sesama siswa dan antara siswa dengan guru merupakan interaksi yang sangat
penting dalam pembelajaran dengan model Open-Ended.
Untuk menyusun pertanyaan open-ended
sebaiknya disesuaikan dengan tingkat berpikir Matematika. Tingkat berpikir yang
dikemukakan oleh Bloom yang dikenal dengan taksonomi Bloom (Bloom, 1956)
mengklasifikasikan tingkat berpikir kedalam tujuh tingkat, yaitu: Memory, Comprehension, Application,
Analysis, Synthesis, Evaluation and
Kreatifitas. Sedangkan Sanders (dalam
Way, 2003) level Comprehension dibagi kedalam dua katagori yaitu, Translation
dan Interpretation.
Sehingga, Tingkatan berpikir yang digunakan dalam matematika
menjadi seperti berikut:
1)
Memoryatau
sering disebut juga pengetahuan (knowledge) atau ingatan (recall) atau
komputasi (computation).
Pada jenjang ini siswa dituntut untuk mampu menggali atau
mengingat kembali (memory) pengetahuan yang telah disimpan di dalam skemata
struktur kognitifnya. Hal-hal yang termasuk ke dalam jenjang kognitif ini
adalah berupa pengetahuan tentang fakta dasar, terminologi (peristilahan), atau
manipulasi yang sifatnya sudah rutin (algoritma rutin).
2)
Translation
Kemampuan siswa untuk merubah informasi kedalam simbol atau
bahasa yang berbeda.
3)
Interpretation
Kemampuan siswa untuk mencari hubungan antara fakta, konsep,
prinsip, aturan, dan generalisasi.
4)
Application
Kemampuan untuk memilih, menggunakan, dan menerapkan dengan
tepat suatu teori atau cara pada situasi baru.Tahap aplikasi ini melibatkan
sejumlah respon. Respon tersebut ditransfer kedalam situasi baru yang berarti
konteksnya berlainan. Bloom dan kawan-kawan membagi kedalam empat bagian,
yaitu:
Kemampuan untuk menyelesaikan masalah rutin; Kemampuan untuk
membandingkan; Kemampuan untuk menganalisis data, dan kemampuan untuk mengenal
pola, isomorfisma dan simetri.
5)
Analysis
Kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu masalah (soal)
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) serta mampu untuk memahami
hubungan diantara bagian-bagian tersebut.
6)
Synthesis
Kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari suatu proses
analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau
unsur-unsur secara logik sehingga menjadi sutu pola terstruktur atau bentuk
baru.
7)
Evaluation
Kemampuan seseorang untuk dapat memberikan pertimbangan (judgement)
terhadap suatu situasi, ide, metode berdasarkan suatu patokan atau kriteria.
Langkah – langkah Model pembelajaran Open
Ended
Adapun desain atau langkahlangkah pembelajaran dalam model
pembelajaran OpenEnded Problems adalah sebagai berikut :
1.
Persiapan
Sebelum memulai proses belajar mengajar, guru harus membuat
Program Satuan Pelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2.
Pelaksanaan
a.
Pendahuluan,
Siswa menyimak guru yang memberikan motivasi bahwa yang akan dipelajari
berkaitan atau bermanfaat bagi kehidupan sehari hari sehingga siswa semangat
dalam belajar.
b.
Kegiatan
inti, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1)
Siswa
membentuk kelompok yang terdiri dari beberapa orang tiap kelompok;
2)
Siswa
mendapatkan pertanyaan Openended Problems;
3)
Siswa
berdiskusi bersama kelompoknya masingmasing mengenai penyelesaian dari
pertanyaan OpenEnded Problems yang telah diberikan oleh guru;
4)
Setiap
kelompok melalui perwakilannya, mengemukakan pendapat atau solusi yang
ditawarkan kelompoknya secara bergantian;
5)
Siswa
atau kelompok kemudian menganalisis jawabanjawaban yang telah dikemukakan,
mana yang benar dan mana yang lebih efektif.
c. Kegiatan Akhir, yaitu siswa
menyimpulkan apa yang telah dipelajari, dan kemudian kesimpulan tersebut
disempurnakan oleh guru.
3. Evaluasi
Setelah berakhirnya kegiatan belajar mengajar, siswa
mendapatkan tugas perorangan atau ulangan harian yang berisi pertanyaan
OpenEnded Problems yang merupakan evaluasi yang diberikan oleh guru.
2.4
Penilaian
dalam Pendekatan Open Ended
Ada 3 hal yang
dilihat dari penilaian pembelajaran matematika melalui pendekatan ini, yakni fluency,
flexibility, dan originality.
·
Fluency(kemahiran), diartikan
sebagai kemampuan dalam menggunakanbeberapa metode penyelesaian.Satu respon siswa atau kelompok yang
benar dihargai 1 poin, sehingga nilai yang diperoleh siswa adalah total dari
seluruh solusi yang dihasilkan oleh siswa.
·
Flexibility(fleksibilitas), adalah peluang siswa menjawab benar
untukbeberapa soal serupa. Terkait dengan berapa banyak ide-ide matematis berbeda yang
ditemukan/dimunculkan oleh siswa.
·
Originality(keaslian), dimaksudkan untuk mengukur keaslian
gagasan siswa dalam memberikan jawaban yang benar.Jika siswa atau kelompok memunculkan
ide yang unik, tingkat keorsinilannya dihargai tinggi. Guru harus memberikan
skor yang tinggi untuk kemampuan berfikir matematik tingkat tinggi.
Sedangkan teknik
penilaian yang dikemukakan oleh Hancock (1995), yakni sebagai berikut:
Jawaban diberi
nilai 4, jika :
-
Jawaban lengkap dan benar untuk pertanyaan yang diberikan
-
Ilustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasinya sempurna
-
Pekerjaan ditunjukkan dan dijelaskan dengan clearly
-
Memuat sedikit kesalahan
Jawaban diberi
nilai 3, jika :
- Jawaban benar untuk masalah yang diberikan
- Ilustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan
komunikasi baik
- Pekerjaan ditunjukkan dan dijelaskan
- Memuat beberapa kesalahan dalam penalaran
Jawaban diberi
nilai 2, jika :
-
Beberapa jawaban tidak lengkap
-
Ilustrasi ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasinya cukup
-
Kekurangan dalam berfikir tingkat tinggi telihat jelas
-
Muncul beberapa keterbatasan dalam pemahana konsep matematika
-
Banyak kesalahan dalam penalaran
Jawaban diberi
nilai 1, jika :
-
Muncul masalah dalam meniru ide matematika tetapi tidak dapat dikembangkan
-
Ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi kurang
-
Banyak salah perhitungan
-
Terdapat sedikit pemahan yang diilustrasikan
-
Siswa kurang mencoba beberapa hal
Jawaban diberi
nilai 0, jika :
-
Keseluruhan jawaban tidak ada atau tidak nampak
-
Tidak muncul ketrampilan pemecahan masalah, penalaran dan komunikasi
-
Sama sekali pemahaman matematikanya tidak muncul
-
Terlihat jelas bluffing (mencoba-coba atau menebak)
-
Tidak menjawab semua kemungkinan yang diberikan
2.5
Kelebihan
dan Kelemahan Pendekatan Open Ended
Ada beberapa
keunggulan dari pendekatan ini, antara lain :
·
Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
secara lebih aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya
·
Siswa memiliki kesempatan lebih banyak
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan matematika secara komprehensif
·
Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap
memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan
denga cara mereka sendiri
·
Siswa terdorong untuk membiasakan diri
memberikan bukti atas jawaban yang mereka berikan
·
Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui
temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan
Namun demikian,
pendekatan ini juga memunculkan berbagai kelemahan. Adapun kelemanahan yang
muncul antara lain :
·
Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah
matematika yang bermakna bagi siswa
·
Sulit bagi guru untuk menyajikan masalah secara
sempurna. Seringkali siswa menghadapi kesulitan untuk memahami bagaimana
caranya merespon atau menjawab permasalahan yang diberikan
·
Karena jawabannya bersifat bebas, maka siswa
kelompok pandai seringkali merasa\ cemas bahwa jawabannya akan tidak memuaskan
·
Terdapat kecenderungan bahwa siswa merasa
kegiatan belajar mereka tidak menyenagkan karena mereka merasa kesulitan dalam
mengajukan kesimpulan secara tepat dan jelas.
BAB III
PENUTUP
Pendekatan open ended adalah
suatu pendekatan dalampembelajaran matematika yang dapat memberikan keleluasaan
kepada siswa untuk berpikir aktif dan kreatif. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan open ended adalah pembelajaran yang
menyajikan masalah terbuka, yakni masalah matematika yang memiliki metode atau
cara penyelesaian lebih dari satu dan jawaban benar lebih dari satu. Sehingga,
siswa memiliki kebebasan dengan caranya tersendiri untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Pembelajaran dengan pendekatan open
ended dapat terlaksana dengan lancar apabila didukung oleh kemampuan siswa
untuk dapat memahami materi secara mendalam lebih cepat dan awal, memiliki kreativitas
dan task commitment (komitmen terhadap tugas) yang tinggi.
Sehingga dapat mengeksplorasi masalah terbuka yang diberikan, hingga pada
akhirnya dapat menyelesaikan masalah terbuka tersebut. Selain itu, guru yang
melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open endedharus memiliki
kreativitas dan kemampuan untuk menyusun masalah terbuka yang akan disajikan.
Oleh sebab itu, pembelajaran dengan pendekatan open ended sangat efektif
jika diterapkan pada kelas akselerasi.
DAFTAR PUSTAKA
Japar.
2009. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended.
Hancock,
C.L., (1995). Enhancing Mathematics Learning with Open-Ended Qouestion. The
Mathematics Teacher. Vol. 88, No. 6, September 1995.
0 komentar